Mendengar ternyata lebih susah daripada berbicara.
Ungkapan yang tidak semua orang memahami, bahkan u diri sendiri hal ini juga tidak mudah untuk diterapkan. Jika kita bisa interospeksi kembali dengan mengingat dan melihat secara nyata apa yang kita terima saat ini.. dimana kita diberikan dua telinga namun hanya satu mulut. Seharusnya ini mampu mengajak kita untuk dapat mengerti alasan yang tersembunyi dan hikmah dari apa yang kita dapatkan saat ini.
Jujur saja dengan keberadaan satu mulut yang saya sendiri rasakan, rasanya masih banyak yang harus mampu saya perbaiki. Bagaimana mulut ini mampu mengucap dan mengeluarkan kata bahkan kalimat yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain dan diri sendiri. Dari mulut kita bisa mengeluarkan pujian, cacian, hinaan atau sekedar senyuman.
Namun ketika jika kita menempatkan diri kita diposisi yang bukan mengeluarkan alias mendengarkan, indra kita yang menerima ini semua adalah kedua telinga kita. Bagaimana telinga langsung merespon dan segera memasukkan semua yang kita terima dari orang lain kedalam hati, pikiran dan akal kita. Pasrah?? apakah kiasan itu cocok untuk sepasang telinga kita? saya sendiri masih berusaha untuk memahami hal tersebut. Namun kita bisa memilih apa yang patut kita dengar dan tidak layak kita dengar.
Ketika orang lain berkeinginan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang mengganggu bahkan yang mereka rasakan, mereka akan mempergunakan mulut mereka untuk melakukan itu semua. Disaat itulah mereka sangat mengharapkan kita untuk memberikan waktu dan kesediaan kita hanya untuk MENDENGAR. Sesuatu hal yang dirasa mudah namun tidak sedikit dari kita merasa hal tersebut sangat susah untuk dilakukan. Terutama jika kita memiliki banyak sekali kepentingan lain.
Kesediaan kita untuk memberikan waktu dan mendengarkan apa-apa saja yang terlontar dari mulut mereka, bisa saja menjadi obat penenang yang kita sendiri tak tahu seberapa berartinya hal itu.
Ada dua daun telinga, mampu menjadi alasan kita untuk mau lebih banyak mendengar untuk kita bisa lebih banyak tahu, lebih banyak menyenangkan orang lain, lebih banyak bermanfaat bagi orang lain. Karena siapa tau dari apa yg kita dengarkan ada secercah hikmah dan ilmu yang bisa kita peroleh. Sehingga mulut kita bisa menceritakan yang bermanfaat pula bagi orang lain.
Mulai hari ini dengan senyum dan bersedia lebih banyak mendengar.
Ungkapan yang tidak semua orang memahami, bahkan u diri sendiri hal ini juga tidak mudah untuk diterapkan. Jika kita bisa interospeksi kembali dengan mengingat dan melihat secara nyata apa yang kita terima saat ini.. dimana kita diberikan dua telinga namun hanya satu mulut. Seharusnya ini mampu mengajak kita untuk dapat mengerti alasan yang tersembunyi dan hikmah dari apa yang kita dapatkan saat ini.
Jujur saja dengan keberadaan satu mulut yang saya sendiri rasakan, rasanya masih banyak yang harus mampu saya perbaiki. Bagaimana mulut ini mampu mengucap dan mengeluarkan kata bahkan kalimat yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain dan diri sendiri. Dari mulut kita bisa mengeluarkan pujian, cacian, hinaan atau sekedar senyuman.
Namun ketika jika kita menempatkan diri kita diposisi yang bukan mengeluarkan alias mendengarkan, indra kita yang menerima ini semua adalah kedua telinga kita. Bagaimana telinga langsung merespon dan segera memasukkan semua yang kita terima dari orang lain kedalam hati, pikiran dan akal kita. Pasrah?? apakah kiasan itu cocok untuk sepasang telinga kita? saya sendiri masih berusaha untuk memahami hal tersebut. Namun kita bisa memilih apa yang patut kita dengar dan tidak layak kita dengar.
Ketika orang lain berkeinginan untuk mengungkapkan segala sesuatu yang mengganggu bahkan yang mereka rasakan, mereka akan mempergunakan mulut mereka untuk melakukan itu semua. Disaat itulah mereka sangat mengharapkan kita untuk memberikan waktu dan kesediaan kita hanya untuk MENDENGAR. Sesuatu hal yang dirasa mudah namun tidak sedikit dari kita merasa hal tersebut sangat susah untuk dilakukan. Terutama jika kita memiliki banyak sekali kepentingan lain.
Kesediaan kita untuk memberikan waktu dan mendengarkan apa-apa saja yang terlontar dari mulut mereka, bisa saja menjadi obat penenang yang kita sendiri tak tahu seberapa berartinya hal itu.
Ada dua daun telinga, mampu menjadi alasan kita untuk mau lebih banyak mendengar untuk kita bisa lebih banyak tahu, lebih banyak menyenangkan orang lain, lebih banyak bermanfaat bagi orang lain. Karena siapa tau dari apa yg kita dengarkan ada secercah hikmah dan ilmu yang bisa kita peroleh. Sehingga mulut kita bisa menceritakan yang bermanfaat pula bagi orang lain.
Mulai hari ini dengan senyum dan bersedia lebih banyak mendengar.
